Jumat, 03 Juni 2011

Taman Hidup, Argopuro, Probolinggo


            Ada sebuah danau yang indah di daerah probolinggo bernama danau Taman Hidup. Begitu kata salah seorang temanku yang pernah mendaki hingga puncak argopuro. Setelah mendapatkan info tersebut, internet adalah tujuan pertamaku untuk mengumpulkan data-data tentang danau tersebut. Gambaran yang diperoleh dari internet tidak hanya danau yang indah melainkan gambaran tentang aura mistis dan cerita-cerita seram tentang danau itu.
            Dengan informasi yang cukup  dan tekat yang kuat maka saya melakukan pendakian gunung untuk pertama kalinya. Aku menyetujui ajakan teman saya untuk mendaki menuju taman hidup. Aku bersama empat orang temanku memutuskan untuk berangkat hari selasa tanggal 30 mei 2011. Kami berangkat dari sidorajo (rumahku) tepat jam 8 malam menuju pos pemberhentian pertama yaitu polsek pajarakan untuk bermalam disana.
Pagi harinya, tanggal 31 mei kami berangkat menuju pos pemberhentian ke 2 yaitu polsek krucil untuk melapor bahwa kami akan mendaki. Setelah menempuh perjalanan selama 1jam dari polsek pajarakan, kamipun tiba di polsek Krucil. Disana kami mencatat nama kami dan meninggalkan fotocopy KTP sebanyak 1lembar untuk masing-masing orangnya. Laporan pada polsek beres, kamipun melanjutkan melapor pada pak Arifin yang tidak lain adalah juru kunci gunung argopuro (kata Johan, temanku). Di rumah pak Arifin kami harus menunggu selama 1jam karena pak Arifin masih menjaga muridnya yang masih menjalani UAS. 1jam pun berlalu dan pak Arifin telah tiba dengan sepeda motornya. Kami langsung menyampaikan tujuan kami dan langsung berangkat menuju taman hidup. Hanya satu pesan dari pak Arifin, “hati-hati yah” ucapnya saat kami akan melanjutkan perjalanan.
Pendakian pun dimulai jam 9.45 WIB dan cuaca saat itu cerah. Jalan makadam menjadi pembuka pendakian kami. Setelah melewati perkampungan warga, kami mulai memasuki perkebunan jagung dan ubi milik warga. Jalan yang menanjak di perkebunan itu sempat mengecilkan niat saya untuk mendaki. Apalagi saat perkebunan warga itu sudah habis dan di ujung tanjakan terhampar hutan pohon karet yang lebat dan tampak seram. Saya membesarkan hati untuk mengumpulkan niat dengan membayangkan keindahan danau Taman Hidup yang sangat indah dan ternyata berhasil. Saya kembali semangat untuk mendaki, menjelajahi rimbunnya hutan yang sudah di dapan mata.
Mulailah kami memasuki rimbunnya hutan yang rindang. Kiri dan kanan hanyalah pohon karet yang menemani perjalan kami. Tampak beberapa sayatan pada pohon itu, bekas sadapan. Selama perjalan menembus hutan karet itu, sinar matahari serasa kurang kuat untuk menembus hingga dasar hutan bahkan hujan deraspun hanya serasa gerimis. Setelah menembus hutan karet, mulailah kami bertemu hutan liar yang tanamannya beraneka ragam. Pohon-pohon besar berusia ratusan tahun pun tampak kokoh berdiri. Pada beberapa tempat, pohon-pohon besar tersebut biasanya digunakan para pendaki untuk beristirahat dan kami juga melakukan hal yang sama.
Saat beristirahat untuk menghela nafas dan mengistirahatkan kaki, kami terdiam saat mendengar langkah kaki. Ternyata itu langkah kaki warga desa yang juga menuju taman hidup untuk memancing. “Pak...” sapa kami pada kedua warga tersebut dan mereka menjawabnya. Kedua warga tersebut tampak begitu santai saat menjajaki jalan menanjak menuju Taman Hidup. Berbekal sebuah tas, kedua warga tersebut mendahului kami dengan langkah cepatnya. Kamipun melanjutkan perjalanan setelah kedua warga itu berlalu.
Setelah pendakian salama 4jam lebih, kami pun tiba di Dataran Tinggi Yang. Disana saya mengabadikan momen langka tersebut. Aku dan teman-temanku berpose dengan berbagai gaya saat menghadap ke kamera. Lumayan untuk mengganti profil picture facebook kata temanku. Setelah jeprat-jepret beberapa kali, kami melanjutkan perjalanan yang tinggal seujung kuku untuk tiba di danau Taman Hidup. Jalanan menurun menjadi penyemangat setelah melewati perjalanan menembus hutan yang mungkin 90% tanjakan.
 Taman Hidup yang sudah didepan mata tidak membuat saya terkagum-kagum. Kabut menutupi danau dan pemandangan disekitarnya malah membuat saya agak kecewa. Kekecewaan terobati ketika kabut itu hilang dan pemandangan hutan disekitar danau terlihat. Hutan yang masih perawan sangat indah mengelilingi danau Taman Hidup. Ilalang yang berada ditepian danau juga menambah kecantikan danau itu. Dalam hati aku berkata “terbayar sudah lelah pendakian selama 4jam lebih”.


0 comments:

Posting Komentar