Ada sebuah danau
yang indah di daerah probolinggo bernama danau Taman Hidup. Begitu kata salah
seorang temanku yang pernah mendaki hingga puncak argopuro. Setelah mendapatkan
info tersebut, internet adalah tujuan pertamaku untuk mengumpulkan data-data
tentang danau tersebut. Gambaran yang diperoleh dari internet tidak hanya danau
yang indah melainkan gambaran tentang aura mistis dan cerita-cerita seram
tentang danau itu.
Dengan informasi yang cukup
dan tekat yang kuat maka saya melakukan pendakian
gunung untuk pertama kalinya.
Aku menyetujui ajakan
teman saya untuk mendaki menuju taman hidup. Aku bersama empat orang temanku
memutuskan untuk berangkat hari selasa tanggal 30 mei 2011. Kami berangkat dari
sidorajo (rumahku) tepat jam 8 malam menuju pos pemberhentian pertama yaitu
polsek pajarakan untuk bermalam disana.
Pagi
harinya, tanggal 31 mei kami berangkat menuju pos pemberhentian ke 2 yaitu
polsek krucil untuk melapor bahwa kami akan mendaki. Setelah menempuh
perjalanan selama 1jam dari polsek pajarakan, kamipun tiba di polsek Krucil.
Disana kami mencatat nama kami dan meninggalkan fotocopy KTP sebanyak 1lembar
untuk masing-masing orangnya. Laporan pada polsek beres, kamipun melanjutkan
melapor pada pak Arifin yang tidak lain adalah juru kunci gunung argopuro (kata
Johan, temanku). Di rumah pak Arifin
kami harus menunggu selama 1jam karena pak Arifin masih menjaga muridnya yang
masih menjalani UAS. 1jam pun berlalu dan pak Arifin telah tiba dengan sepeda
motornya. Kami langsung menyampaikan tujuan kami dan langsung berangkat menuju
taman hidup. Hanya satu pesan dari pak Arifin, “hati-hati yah” ucapnya saat
kami akan melanjutkan perjalanan.
Pendakian
pun dimulai jam 9.45 WIB dan cuaca saat itu cerah. Jalan makadam menjadi
pembuka pendakian kami. Setelah melewati perkampungan warga, kami mulai
memasuki perkebunan jagung dan ubi milik warga. Jalan yang menanjak di
perkebunan itu sempat mengecilkan niat saya untuk mendaki. Apalagi saat
perkebunan warga itu sudah habis dan di ujung tanjakan terhampar hutan pohon
karet yang lebat dan tampak seram. Saya membesarkan hati untuk mengumpulkan
niat dengan membayangkan keindahan danau Taman Hidup yang sangat indah dan
ternyata berhasil. Saya kembali semangat untuk mendaki, menjelajahi rimbunnya
hutan yang sudah di dapan mata.
Mulailah
kami memasuki rimbunnya hutan yang rindang. Kiri dan kanan hanyalah pohon karet
yang menemani perjalan kami. Tampak beberapa sayatan pada pohon itu, bekas
sadapan. Selama perjalan menembus hutan karet itu, sinar matahari serasa kurang
kuat untuk menembus hingga dasar hutan bahkan hujan deraspun hanya serasa
gerimis. Setelah menembus hutan karet, mulailah kami bertemu hutan liar yang
tanamannya beraneka ragam. Pohon-pohon besar berusia ratusan tahun pun tampak
kokoh berdiri. Pada beberapa tempat, pohon-pohon besar tersebut biasanya
digunakan para pendaki untuk beristirahat dan kami juga melakukan hal yang
sama.
Saat
beristirahat untuk menghela nafas dan mengistirahatkan kaki, kami terdiam saat
mendengar langkah kaki. Ternyata itu langkah kaki warga desa yang juga menuju
taman hidup untuk memancing. “Pak...” sapa kami pada kedua warga tersebut dan
mereka menjawabnya. Kedua warga tersebut tampak begitu santai saat menjajaki
jalan menanjak menuju Taman Hidup. Berbekal sebuah tas, kedua warga tersebut
mendahului kami dengan langkah cepatnya. Kamipun melanjutkan perjalanan setelah
kedua warga itu berlalu.
Setelah
pendakian salama 4jam lebih, kami pun tiba di Dataran Tinggi Yang. Disana saya
mengabadikan momen langka tersebut. Aku dan teman-temanku berpose dengan
berbagai gaya saat menghadap ke kamera. Lumayan untuk mengganti profil picture facebook kata temanku.
Setelah jeprat-jepret beberapa kali,
kami melanjutkan perjalanan yang tinggal seujung kuku untuk tiba di danau Taman
Hidup. Jalanan menurun menjadi penyemangat setelah melewati perjalanan menembus
hutan yang mungkin 90% tanjakan.
Taman Hidup yang sudah didepan mata tidak
membuat saya terkagum-kagum. Kabut menutupi danau dan pemandangan disekitarnya
malah membuat saya agak kecewa. Kekecewaan terobati ketika kabut itu hilang dan
pemandangan hutan disekitar danau terlihat. Hutan yang masih perawan sangat
indah mengelilingi danau Taman Hidup. Ilalang yang berada ditepian danau juga
menambah kecantikan danau itu. Dalam hati aku berkata “terbayar sudah lelah
pendakian selama 4jam lebih”.
0 comments:
Posting Komentar